Menu

Mode Gelap
Ketua Bhayangkari Daerah Aceh Kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sekda Aceh : Dana BTT Cair Besok Setelah Review, Kita Langsung Bergerak Kapolda Aceh, Wagub, dan Kepala BNPB Tinjau Lokasi Bencana dan Pengungsi di Singkil Bank Aceh Dirikan Posko Digital untuk Korban Banjir di Lampineung Wali Nanggroe Kunjungi dan Salurkan Bantuan ke Wilayah Tengah Pemprov Minta Bantuan Bencana Dilaporkan Terpusat di Posko Tanggap Darurat

News

Sudirman Said Desak Koreksi Total Makna Kekuasaan atas Tragedi Ojol Dilindas Rantis

badge-check


					Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said, Perbesar

Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said,

Jakarta – Peristiwa tewasnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan (21), yang dilindas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi di sekitar Gedung DPR/MPR RI, Kamis (28/8) malam, memicu gelombang duka sekaligus amarah publik. Aksi protes yang melatarbelakangi tragedi itu sendiri dipicu oleh aksi elite politik seperti joget-joget di DPR dan Istana yang tak peka dengan realitas pahit rakyat yang kehilangan pekerjaan dan terbebani pajak berlipat ganda.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri telah menyampaikan permintaan maaf serta berjanji mengusut kasus ini hingga tuntas. Tujuh anggota Brimob yang berada di dalam rantis diperiksa Divisi Propam, sementara Kompolnas dilibatkan sebagai pengawas eksternal.

Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said, menilai insiden ini tidak bisa sekadar dipandang sebagai pelanggaran protap. Menurutnya, tragedi yang merenggut nyawa seorang pekerja muda itu mencerminkan cara pandang kekuasaan yang telah jauh menyimpang dari makna asalnya.

Advertisements
Ad 19

“Korban telah jatuh (lagi). Pengemudi ojol, pembayar pajak, tewas dilindas oleh kendaraan rantis satuan Brimob Polri. Di batin rakyat masih tersimpan tragedi Kanjuruhan yang memilukan,” ujar Sudirman. Ia mengingatkan bahwa seluruh perangkat apparat baik kendaraan, gaji personel, pangkat, kantor, hingga senjata dan gas air mata, semuanya dibiayai oleh uang rakyat.

Sudirman juga menyinggung bahwa statemen para petinggi negara sejauh ini masih berkutat pada pelanggaran prosedural. Baginya, ini adalah cermin kegagalan dalam memaknai fungsi kekuasaan. “Yang diperlukan adalah koreksi total, untuk meluruskan makna kekuasaan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Mantan Menteri ESDM ini menyatakan kekuasaan seharusnya dipahami sebagai titipan rakyat untuk melayani dan melindungi, bukan sarana untuk membagi-bagi keuntungan, melayani diri sendiri, apalagi mencuri. Ia menyoroti sikap sebagian elite yang justru memamerkan kekuasaan dengan “berjoget-joget” seraya mengabaikan luka batin rakyat.

“Kekuasaan bukan untuk diagungkan, dibanggakan, atau dijaga sampai menindas dan membunuh rakyat, para pembayar seluruh ongkos bernegara,” ucap Sudirman.

Ia menutup pernyataannya dengan seruan tajam untuk mengoreksi total cara elite memandang kekuasaan.

“Sesungguhnya mulai dari Presiden, para Menteri, para anggota DPR sampai kepala daerah, tidak lebih adalah para pelayan rakyat. Apa buktinya? Mereka dibiayai pajak rakyat. Tapi banyak yang mengingkarinya. Karena itu harus ada koreksi total dalam cara memandang dan mengelola kekuasaan,” pungkas Sudirman.

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Ketua Bhayangkari Daerah Aceh Kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir

4 Desember 2025 - 23:32 WIB

Kapolda Aceh, Wagub, dan Kepala BNPB Tinjau Lokasi Bencana dan Pengungsi di Singkil

4 Desember 2025 - 22:19 WIB

Bank Aceh Dirikan Posko Digital untuk Korban Banjir di Lampineung

4 Desember 2025 - 22:02 WIB

Wali Nanggroe Kunjungi dan Salurkan Bantuan ke Wilayah Tengah

4 Desember 2025 - 21:58 WIB

PMI Aceh Kirim 60 Relawan ke Aceh Utara dan Tamiang

4 Desember 2025 - 04:00 WIB

Trending di News